Salam dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. ✝️
Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat, khususnya bagi kita yang sering bocor mulut.
Teman-teman, pernahkah kalian ngomongin orang, lalu ternyata orang yang kalian omongin itu ada di belakang kalian, sedang mendengarkan?
Kalau pernah, kita sudah sepantasnya malu. Saya juga pernah mengalami hal itu. Saya merasa malu dan bersalah
Semakin dewasa, saya semakin lihai dalam bergosip. Saya punya lingkungan yang juga gemar melakukannya. Dan dari semua topik yang pernah saya bicarakan, ada satu gosip yang masih membekas dalam ingatan: gosip tentang perselingkuhan.
Tapi suatu waktu, ada FYP di Tiktok dari My Emotion Journey yang menjelaskan tentang gosip. Setelah itu, saya menyadari sesuatu:
Setiap kali saya bergosip, ada bagian dari diri saya yang sebenarnya sedang saya tolak. 😔
Saya pernah menggosipkan seseorang yang berselingkuh. Tapi ternyata, saya sendiri pernah jadi selingkuhan.
Saya tahu dia punya kekasih. Tapi saya tetap mengiriminya pesan. Saya bilang saya kangen. Saya bilang saya masih sayang.
Yang paling ekstrem: saya pernah melakukan hal yang tidak senonoh dengannya.
Mengapa saya melakukan itu?
Karena saya haus kasih sayang. Saya rindu kedekatan yang dulu pernah saya miliki bersama dia.
Saya tahu itu salah. Tapi saya tetap melakukannya.
Dan di tengah semua itu, saya tetap sempat bergosip tentang orang lain yang berselingkuh. Munafik, bukan? 😔
Amsal 20:19 (TB):
"Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut."
Kalau berdasarkan ayat ini, saya seharusnya tidak layak ditemani.
Tapi Tuhan baik.
Tuhan masih izinkan saya punya teman yang setia, yang tidak meninggalkan saya walau saya pernah bocor mulut dan jatuh dalam dosa.
Namun, dalam kasus saya, saya bukan hanya bocor mulut—saya juga menghakimi sesama.
Saya lupa bahwa saya sendiri belum mengeluarkan balok dari mata saya.
Matius 7:3-5 (TB):
"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Saya munafik ketika saya bergosip tentang perselingkuhan, padahal saya sendiri pernah terlibat dalam kisah seperti itu.
Hari ini, Puji Tuhan, saya sudah lepas dari dosa perselingkuhan. 🙌 Saya tidak lagi mengganggu laki-laki yang sudah punya pasangan. Hal tersebut terjadi karena kekuatan Tuhan semata. Tapi saya masih bergulat dengan dosa bergosip.
Mohon doakan saya, ya. 🙏
Agar mulut ini bisa dijaga. Agar hati ini tidak mudah menghakimi. Dan agar saya bisa terus bertumbuh dalam kasih dan kebenaran.
Damai Kristus menyertaimu. Amin.
In the Name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit. ✝️
May this writing serve as a gentle reminder—especially for those of us who often leak words.
Friends, have you ever talked about someone, only to realize that the person you were talking about was right behind you, listening?
If that’s ever happened to you, then you probably felt deep shame.
I’ve been there. I felt embarrassed and guilty.
As I grow older, I’ve become more skilled at gossiping. I’m also surrounded by a community that enjoys it.
And among all the topics I’ve ever gossiped about, one stands out most vividly in my memory: infidelity.
But one day, a TikTok video from My Emotion Journey appeared on my FYP and talked about gossip.
It led me to a realization:
Every time I gossiped, I was actually rejecting a part of myself. 😔
I once gossiped about someone who cheated.
But the truth is—I myself was once “the other woman.”
I knew he had a girlfriend. Yet, I still sent him messages. I told him I missed him. I told him I still loved him.
And in the most extreme moment, I crossed physical boundaries with him.
Why did I do that?
Because I was starved for affection.
I missed the closeness we once had.
I knew it was wrong—but I did it anyway.
And even in the midst of all that, I still gossiped about someone else’s cheating.
Hypocritical, isn’t it? 😔
Proverbs 20:19 (NIV):
“A gossip betrays a confidence; so avoid anyone who talks too much.”
According to this verse, I don’t deserve to be befriended.
But God is good.
He still allows me to have faithful friends—friends who haven’t left me, even though I’ve been a gossip and have fallen into sin.
But in my case, I didn’t just gossip—I judged others.
I forgot that I hadn’t removed the plank from my own eye.
Matthew 7:3-5 (NIV):
“Why do you look at the speck of sawdust in your brother’s eye and pay no attention to the plank in your own eye?
How can you say to your brother, ‘Let me take the speck out of your eye,’ when all the time there is a plank in your own eye?
You hypocrite, first take the plank out of your own eye, and then you will see clearly to remove the speck from your brother’s eye.”
I was a hypocrite when I gossiped about someone’s infidelity—while I myself had been part of a similar story.
Today, praise the Lord, I am no longer involved in that kind of sin 🙌
I no longer disturb men who are already in relationships.
That freedom came only by God’s strength, not mine.
But I’m still struggling with the sin of gossip.
Please pray for me. 🙏
That my mouth would be guarded.
That my heart would not be quick to judge.
And that I may continue to grow in love and truth.
Peace of Christ be with you. Amen. 🕊️
Tidak ada komentar:
Posting Komentar