Halo.
Semoga tulisan ini memberi secercah harapan bagi siapa pun yang membacanya—dan sedang berjuang diam-diam untuk bertahan hidup.
Kadang kita mendengarkan lagu, membaca ayat, atau menatap langit sore sambil bertanya:
"Untuk apa aku masih di sini?"
Apakah di antara kalian pernah merasa… bahwa sudah tidak ada lagi alasan untuk tetap hidup di dunia ini?
Akhir-akhir ini, aku pun berada dalam perasaan itu—seperti kehilangan semua daya untuk bertahan.
Dan mungkin terdengar membingungkan, karena aku adalah seseorang yang sering bersaksi tentang Tuhan. Tapi ternyata, bersaksi pun tidak otomatis membuatku selalu kuat untuk hidup.
Aku masih manusia.
Masih bisa lelah, takut, kosong.
Namun, puji Tuhan… setiap kali godaan datang, aku memilih untuk bertahan lima menit lagi.
Satu napas, demi satu napas.
Dan aku tahu, ini bukan semata kekuatanku sendiri. Ini adalah kuasa Kristus yang menaungiku dalam kerapuhanku (2 Korintus 12:9).
Yang membuatku ingin menyerah bukan hanya luka-luka lama yang belum pulih, tapi juga ketakutan akan kehilangan.
Aku takut kehilangan orang-orang yang kusayangi.
Aku takut keluargaku berpulang kepada Tuhan.
Aku takut... Tuan yang selalu kudoakan menikahi orang lain.
Dan jujur saja, aku sempat ingin “pergi duluan”, sebelum semua sakit itu datang.
Ditambah luka-luka selama tiga dekade hidup… luka terakhir yang paling membekas adalah: kekecewaan.
Aku terluka karena merasa dikecewakan—dan aku lupa bahwa aku pun pernah mengecewakan.
Tapi mereka masih bisa bertahan. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri:
Kenapa aku tidak?
Dalam pergumulan itu, aku mendengarkan lagu “A Reason To Fight” dari Disturbed.
Dan satu bagian lirik ini menamparku tepat di dada:
When the demon that's inside you is ready to begin
And it feels like it's a battle that you will never win
When you're aching for the fire and begging for your sin
When there's nothing left inside, there's still a reason to fight
Ya… bahkan ketika tidak ada apa pun yang tersisa di dalam, masih ada alasan untuk bertahan.
Mungkin demon dalam diriku adalah ketakutan-ketakutan itu sendiri: takut gagal, takut tidak dicintai, takut tak berarti. Tapi lirik ini mengingatkanku:
Bahkan ketika aku hancur, Tuhan belum menyerah atas diriku.
Aku memang tidak punya tenaga lagi untuk mengejar mimpi-mimpiku.
Aku masih merindukan rumah impian, binatang peliharaan, dan pulang ke Rumah Bapa tanpa menyisakan duka bagi siapa pun. Tapi untuk sekarang, tenagaku hanya cukup untuk satu hal: menjawab panggilan-Nya untuk bersaksi.
Itu saja.
Tapi mungkin, itu cukup.
Sudah berkali-kali aku berdoa agar Tuhan menjemputku. Tapi tidak pernah ada jawaban seperti yang kuharapkan.
Yang kudapat justru satu ayat yang membuat hatiku bergetar:
“tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.”
(Lukas 22:32)
Ayat itu ditujukan kepada Petrus. Tapi entah mengapa, seperti diarahkan kepadaku.
Seolah Tuhan berkata:
"Aku tahu kamu ingin menyerah. Tapi Aku sedang mendoakanmu."
Dan ketika kamu insaf, ketika kamu kembali… ada orang-orang yang perlu dikuatkan lewat ceritamu.
Aku tidak pernah meminta alasan untuk hidup.
Yang aku minta hanya satu:
Semoga Tuhan menguduskan dan melembutkanku.
Karena yang paling kutakutkan sebenarnya bukan kematian—melainkan hidup dalam kehilangan.
Maka jika kamu juga sedang berdiri di batas—di ambang rasa ingin menyerah—
genggam tanganku dalam doa diam-diam ini:
Kita bertahan lima menit lagi.
Karena bisa jadi, itu saja sudah cukup untuk membuat surga menangis haru.
Dengan kasih,
Nona Nagisa
Hello.
I hope this writing offers a glimmer of hope to anyone who reads it—and is silently fighting to stay alive.
Sometimes we listen to a song, read a verse, or gaze at the evening sky while wondering:
“Why am I still here?”
Have you ever felt like… there’s no longer any reason to keep living in this world?
Lately, I’ve been in that exact place—feeling as if I’ve lost all strength to hold on.
And maybe it sounds confusing, because I’m someone who often testifies about God.
But apparently, bearing witness doesn’t automatically make me strong enough to live.
I’m still human.
Still capable of feeling tired, afraid, and empty.
But praise be to God… every time the temptation comes, I choose to stay alive for just five more minutes.
One breath at a time.
And I know—it’s not solely by my own strength.
It is the power of Christ resting upon my weakness (2 Corinthians 12:9).
What makes me want to give up isn’t just the old wounds that haven’t healed,
but the fear of losing.
I’m afraid of losing the people I love.
I’m afraid my family will be called home to the Lord.
I’m afraid… the man I always pray for will marry someone else.
And to be honest, I once thought of “leaving first,” before all the pain arrives.
On top of the wounds I’ve gathered over three decades of life,
the one that cut the deepest… was disappointment.
I was hurt because I felt let down.
And I forgot—I, too, have let people down.
But they still managed to carry on.
So I asked myself:
Why can’t I?
In the midst of that struggle, I listened to a song called “A Reason To Fight” by Disturbed.
And one part of the lyrics hit me right in the chest:
When the demon that's inside you is ready to begin
And it feels like it's a battle that you will never win
When you're aching for the fire and begging for your sin
When there's nothing left inside, there's still a reason to fight
Yes… even when there’s nothing left inside, there’s still a reason to stay.
Maybe the demon inside me is the fear itself: fear of failure, fear of being meaningless, fear of being unloved.
But this lyric reminded me:
Even when I am shattered, God hasn’t given up on me.
I no longer have the strength to chase my dreams.
I still long for a home of my own, a pet, and to return to the Father’s house without leaving sorrow behind for anyone.
But for now, my energy is enough only for one thing: answering His call to testify.
Just that.
And maybe… that is enough.
I’ve prayed countless times, asking God to take me home.
But He never answered the way I hoped.
Instead, He gave me one verse that made my heart tremble:
“But I have prayed for you, that your faith may not fail. And when you have turned back, strengthen your brothers.”
(Luke 22:32)
That verse was spoken to Peter.
But somehow… it felt like it was whispered to me.
As if God was saying:
“I know you want to give up. But I am praying for you.”
And when you return—when your heart is made whole—
there are people who need to be strengthened through your story.
I never asked for a reason to live.
All I’ve ever asked is this:
That God would sanctify me, and soften my heart.
Because what I fear most isn’t death—
but living through loss.
So if you, too, are standing on the edge—
on the brink of surrender—
hold my hand in this quiet prayer:
Let’s hold on for five more minutes.
Because maybe, just maybe, that is already enough to make heaven weep with joy.
With love,
Miss Nagisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar