Kamis, 05 Juni 2025

Pancasila

Salam dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus

Semoga tulisan ini dapat mengantarkan kita kepada keimanan yang semakin teguh.

Kita telah sepakat di dalam Pancasila mengenai Ketuhanan Yang Mahaesa bahwa kita menyembah Tuhan yang Satu. Saya pernah mengingat bahwa ada berita yang saat itu sangat booming di Indonesia bahwa seorang Tokoh  menyatakan bahwa Allah Tritunggal tidak selaras dengan Pancasila. Karena, Tuhannya 3 bukan 1 seperti yang diamanatkan dalam Pancasila. Hal itu membuat gereja membuat kebaktian pengajaran tentang Dogma dan penjelasan keselarasan 

Tapi, saat ini, saya tidak akan bahas Teologia, melainkan Hukum dan kebahasaan. 

Saat itu, saya tidak punya keberanian untuk menjawab tuduhan tersebut, tapi, saat ini saya punya keberanian itu.

Dalam bahasa Indonesia, Esa dalam Tuhan Yang Mahaesa berarti bersifat tunggal, tidak bersekutu. Secara etimologi, Esa diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti Master atau Syiwa. 

Bersifat Tunggal. Bersifat sendiri dalam bahasa Indonesia berarti mempunyai Sifat, sedangkan Tunggal berarti Satu-satunya

Jadi, dalam permenunganku dan imanku mengenai Allah Tritunggal dihubungkan dengan Sila Satu adalah Allah Tritunggal satu-satunya Allah yang mempunyai sifat kasih, bukan allah lain. 

Apabila kita baca dokumen Naskah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa) dalam Tap MPR II/MPR/1978. Kita akan menemukan mengenai makna dari sila pertama

 

Hal yang ditekankan dari Sila pertama adalah 

1. Orang Indonesia punya Tuhan berdasarkan agama dan kepercayaan

2. Orang Indonesia punya sikap menghormati

3. Orang Indonesia tidak boleh memaksakan agamanya kepada orang lain. 

Sila Satu bersumber dari Prinsip Ketuhanan yang ditawarkan Bung Karno dalam sidang BPUPKI. Dalam pidato Bung Karno yang berjudul Lahirnya Pancasila dijelaskan dengan sangat indah mengenai Prinsip Ketuhanan sebagai prinsip kelima. Berikut saya tampilkan fotonya. 

 

 

 

Ketuhanan yang Mahaesa tidak dimaksudkan sebagai Tuhan jumlah 1, tapi Ketuhanan yang berkebudayaan. 

Jadi, kalau kamu memandang agama apapun tidak selaras dengan Pancasila hanya karena jumlah Tuhannya, kamu keliru. 

Kalau kamu membunuh karena beda agama, kamu tidak bisa tinggal di Indonesia. Kalau kamu mempersulit kepercayaan tertentu dalam urusan administrasi misalnya rumah Ibadah, kamu gak cocok tinggal di Indonesia. Kalau kamu memaksakan seseorang mengucap pengakuan iman tertentu, padahal kamu tahu agamanya dia apa, kamu tidak layak tinggal di Indonesia.

Hal yang seharusnya dibahas di gereja adalah cara menyelaraskan Amanat Agung dengan Sila Pertama.

Tapi, saya yakin dan percaya bahwa orang Kristen Indonesia punya akal budinya masing-masing dalam menjalankan Amanat Agung ini.  Kuncinya adalah satu, jangan maksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gengsi

--- Tak dapat tangan menggenggam Sebab gengsi Tak dapat merengkuh Sebab gengsi Tak dapat kasih diucap Sebab gengsi Tak dapat mengecup Sebab ...