Salam dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus
Semoga tulisan ini datang kepadamu untuk menyelimutimu dan memberikan ketenangan.
Gereja adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib (bdk. 1 Petrus 2:9). Itulah sebabnya, sering kali kita merasa aman datang ke Gereja, meskipun kita penuh dosa. Karena kita tahu—tidak ada seorang pun yang benar di hadapan Allah karena kekuatan dirinya sendiri. Kita percaya bahwa Tuhan yang kita kenal dalam diri Kristus adalah Tuhan yang penuh belas kasih dan senantiasa mengampuni.
Namun, pada suatu masa dalam hidup saya, saya sempat bertanya dalam hati:
"Bagaimana jika bukan hanya Tuhan yang tahu dosaku, tetapi juga seluruh Tubuh Mistik-Nya—yaitu Gereja?"
Tahun 2024–2025 adalah masa ketika saya merasa telanjang secara rohani. Saya merasa bahwa dosa-dosa saya—bahkan yang paling kecil sekalipun—terlihat dan diketahui, bukan hanya oleh Tuhan, tetapi oleh Gereja sebagai Tubuh Mistik-Nya. Saat itu, saya merasa malu. Takut. Seolah-olah seluruh kebusukan saya dipaparkan di hadapan hadirat-Nya dan dilihat oleh semua yang berada di dalam Gereja.
Saya mulai takut datang ke Gereja. Takut bahwa khotbah yang dibacakan akan secara spesifik membahas dosa-dosa saya. Takut bahwa saya akan dibongkar di depan banyak orang. Padahal, nyatanya, tidak pernah ada satu pun orang yang datang secara langsung dan membahas kesalahan saya. Tapi perasaan tertelanjangi itu begitu kuat—bahkan ketika hanya mendengar kotbah umum di mimbar atau FYP TikTok saya. Saya merasa dikejar oleh suara Tuhan, tetapi dalam bentuk yang tidak lagi saya kenali sebagai kasih.
Kini, saya menyadari bahwa sebagian besar ketakutan itu dipengaruhi oleh kondisi depresi berat yang saya alami. Ketika pikiran terganggu, rasa bersalah bisa membesar seperti monster, dan kasih Tuhan bisa tampak seperti tudingan. Itu bukan suara Tuhan—itu luka yang bicara atas nama-Nya.
Saya percaya mungkin ada beberapa di antara teman-teman yang pernah merasa seperti saya: merasa telanjang, malu, dan takut karena dosa-dosa atau kesalahannya pernah viral, diketahui banyak orang, atau terasa sangat besar untuk dimaafkan. Saya ingin berkata: saya merasakan ketakutanmu. Saya merasakan malumu. Saya merasakan kewalahanmu. Apa yang kamu rasakan itu valid. Dan kamu tidak sendiri.
Adam pun pernah merasa seperti itu:
“Aku mendengar bahwa Engkau ada dalam taman ini, dan aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
— Kejadian 3:10
Namun, meskipun Adam dan Hawa berdosa, Allah tidak langsung membinasakan mereka. Ia mencari mereka. Ia memanggil mereka:
"Di manakah engkau?"
Tuhan tidak datang untuk mempermalukan. Ia datang untuk memulihkan. Mungkin saja, saat ini, Kristus sedang mencarimu
Aku ingin mengundangmu hari ini, jika kamu sedang bersembunyi seperti Adam dan Hawa—datanglah kembali. Akuilah luka dan kesalahanmu di hadapan-Nya. Tapi jangan saling menyalahkan. Tuhan kita adalah Tuhan yang setia dan adil untuk mengampuni.“Umat-Ku, di manakah engkau?”
Ia tetap berjalan di taman, mencari kita—bukan untuk menghukum, tetapi untuk memeluk dan memulihkan.
Salam dalam kasih Kristus.
In the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit.
May this writing reach you to cover you with peace and bring you comfort.
The Church is a gathering of those who are called out of darkness into His marvelous light (cf. 1 Peter 2:9). That is why we often feel safe coming to church, even though we are sinners. We know that no one is righteous before God by their own strength. We believe that the Lord we know in Christ is full of mercy and always ready to forgive.
However, at one point in my life, I found myself asking:
"What if it's not only God who knows my sins, but also His Mystical Body—the Church?"
The years 2024–2025 were a time when I felt spiritually naked. I felt that even my smallest sins were seen and known, not only by God, but also by the Church as His Mystical Body. At that time, I felt ashamed. I was afraid. It felt as though all the filth within me had been laid bare before His presence and witnessed by everyone in the Church.
I became afraid of going to church. I was afraid that the sermon would speak directly and specifically about my sins. I feared being exposed in front of others. But in truth, no one ever came to me and confronted me about any wrongdoing. Still, the feeling of being uncovered was so strong—even when listening to general sermons or simply scrolling through TikTok, hearing preaching on my feed. I felt pursued by the voice of God, but in a form I no longer recognized as love.
Now, I realize that much of that fear was intensified by the severe depression I was suffering from. When the mind is wounded, guilt can grow into a monstrous shape, and the love of God can start to feel like accusation. But that was not the voice of God—it was the voice of my own wounds speaking in His name.
I believe there are some of you who may have felt the same: exposed, ashamed, and afraid because your sins or mistakes became known publicly, or simply felt too big to be forgiven. I want to say: I feel your fear. I feel your shame. I feel your sense of overwhelm. Your feelings are valid. And you are not alone.
Adam once felt the same:
“I heard You in the garden, and I was afraid because I was naked; so I hid.”
— Genesis 3:10
Yet even though Adam and Eve sinned, God did not destroy them. He searched for them. He called out to them:
“Where are you?”
God did not come to humiliate. He came to restore.
Perhaps today, Christ is searching for you, too:
“My people, where are you?”
I invite you, if you are hiding today like Adam and Eve—come back. Acknowledge your wounds and your wrongs before Him. But do not point fingers or pass blame. Our God is faithful and just to forgive.
He still walks in the garden, searching for us—not to punish, but to embrace and to heal.
With love in Christ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar