Senin, 26 Mei 2025

Bukan Karena Tak Bersyukur, Tapi Karena Tak Kuat (Not Because I Was Ungrateful, But Because I Wasn’t Strong Enough)

 

Salam dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Aku ingin berbagi secuil kisah yang mungkin terdengar aneh. Tapi kisah ini nyata, dan menandai titik balik dalam perjalanan hidupku bersama Tuhan.

Aku bersyukur pernah bekerja di kantor hukum—karena menjadi advokat adalah cita-citaku sejak lama. Bahkan aku diberi bantuan untuk pengambilan sumpah advokat. Itu anugerah besar. Tapi lambat laun, tekanan pekerjaan mulai menggerusku dari dalam.

Aku yang tidak kuat mental ini merasa perlahan runtuh. Aku mulai meragukan diriku sendiri. Tapi aku tidak berani mengundurkan diri. Aku takut dipandang tidak tahu diri, tidak bersyukur—oleh Tuhan, oleh orang-orang yang membantuku, bahkan oleh diriku sendiri.

Sampai akhirnya, dalam doa yang lirih dan penuh beban, aku berkata:

“Tuhan, aku bukannya tidak bersyukur. Tapi aku sungguh-sungguh tidak kuat. Kalau Engkau izinkan aku dipecat, aku akan lebih bersyukur lagi. Aku percaya Engkau akan membuka jalan yang lain.”

Keesokan paginya, aku benar-benar dipecat.
Dan anehnya, aku merasa lega.
Bukan karena aku senang kehilangan pekerjaan, tapi karena aku tahu: Tuhan mendengar. Tuhan mengerti.

Aku bahkan mentraktir teman-teman sekantor siang itu—sebagai bentuk syukurku atas kelegaan yang baru saja Tuhan berikan.

Tak sampai dua bulan kemudian, aku mendapatkan pekerjaan baru yang lebih sesuai dengan kapasitas mentalku. Bukan hanya itu, aku juga mendapat kesempatan melanjutkan S2 di salah satu universitas terbaik di Indonesia—bonus yang datang sebagai jawaban atas doa novena kepada Hati Kudus Yesus.

Melalui kesaksian ini, aku ingin menyapa siapa pun yang sedang berada di titik nyaris menyerah.
Kamu yang bekerja sambil menahan tangis.
Kamu yang bertahan demi keluarga, meski hatimu hancur setiap hari.
Kamu luar biasa.

Aku tidak menyarankanmu untuk berdoa agar dipecat atau langsung resign. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa Tuhan melihatmu. Tuhan tidak tuli. Tuhan tidak buta.
Kelelahanmu tidak akan sia-sia di hadapan-Nya.

Dalam Alkitab, Yusuf pun pernah berada dalam tekanan pekerjaan yang berat. Ia memilih melarikan diri saat godaan datang dari istri tuannya. Ia difitnah dan dipenjara. Tapi Tuhan tetap menyertainya—hingga akhirnya ia menjadi wakil Firaun di tanah Mesir (Kej. 41:40–42).

Aku pun dulu menganggap cerita-cerita seperti itu terlalu jauh dari kenyataan. Tapi sekarang aku tahu, Tuhan memang hadir. Bahkan dalam cara yang tak terduga.

Kiranya damai Kristus menyertai kita semua.
Dan semoga siapa pun yang membaca ini bisa menemukan kembali nafasnya, satu helaan demi satu helaan.

Amin.



In the name of the Father, the Son, and the Holy Spirit.

I want to share a small piece of my story—one that may sound strange. But this story is real, and it marks a turning point in my journey with God.

I was grateful to have worked at a law firm—because becoming a lawyer had been my dream for a long time. I was even given financial support to take the oath as an advocate. That was a huge blessing. But gradually, the pressure of the job began to eat away at me from the inside.

With a fragile mind, I started to crumble. I began to doubt myself. But I didn’t dare to resign. I was afraid of being seen as ungrateful—by God, by the people who had helped me, and even by myself.

Until one day, in a quiet and burdened prayer, I said:

“Lord, it’s not that I’m ungrateful. But I truly am not strong enough. If You allow me to be dismissed, I would actually be even more grateful. I believe You will open another path for me.”

The next morning, I was actually fired.
And strangely, I felt relieved.
Not because I was happy to lose a job, but because I knew: God heard me. God understood.

That very afternoon, I treated my coworkers to lunch—as a form of thanksgiving for the relief God had just given me.

In less than two months, I got a new job—one that was much more suitable for my mental capacity. And not only that, I was also granted the opportunity to pursue my master’s degree at one of the best universities in Indonesia—a bonus that came as an answer to a novena prayer to the Sacred Heart of Jesus.

Through this testimony, I want to speak to anyone who’s standing on the edge of giving up.
To you who work while holding back tears.
To you who keep going for your family, even though your heart is breaking every single day—
You are incredible.

I’m not suggesting that you pray to be fired or resign immediately. But I do want you to know this:
God sees you.
God is not deaf.
God is not blind.
Your exhaustion is not in vain before Him.

In the Bible, Joseph also experienced intense pressure at work. He chose to flee when temptation came through his master’s wife. He was falsely accused and imprisoned. But God remained with him—until he eventually became Pharaoh’s second-in-command in Egypt (Genesis 41:40–42).

I used to think stories like that were too far from reality. But now I know: God is present.
Even in the most unexpected ways.

May the peace of Christ be with us all.
And may anyone reading this find their breath again—one inhale at a time.

Amen.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gengsi

--- Tak dapat tangan menggenggam Sebab gengsi Tak dapat merengkuh Sebab gengsi Tak dapat kasih diucap Sebab gengsi Tak dapat mengecup Sebab ...