Salam dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Aku ingin berbagi secuil kisah yang mungkin terdengar aneh. Tapi kisah ini nyata, dan menandai titik balik dalam perjalanan hidupku bersama Tuhan.
Aku bersyukur pernah bekerja di kantor hukum—karena menjadi advokat adalah cita-citaku sejak lama. Bahkan aku diberi bantuan untuk pengambilan sumpah advokat. Itu anugerah besar. Tapi lambat laun, tekanan pekerjaan mulai menggerusku dari dalam.
Aku yang tidak kuat mental ini merasa perlahan runtuh. Aku mulai meragukan diriku sendiri. Tapi aku tidak berani mengundurkan diri. Aku takut dipandang tidak tahu diri, tidak bersyukur—oleh Tuhan, oleh orang-orang yang membantuku, bahkan oleh diriku sendiri.
Sampai akhirnya, dalam doa yang lirih dan penuh beban, aku berkata:
“Tuhan, aku bukannya tidak bersyukur. Tapi aku sungguh-sungguh tidak kuat. Kalau Engkau izinkan aku dipecat, aku akan lebih bersyukur lagi. Aku percaya Engkau akan membuka jalan yang lain.”
Keesokan paginya, aku benar-benar dipecat.
Dan anehnya, aku merasa lega.
Bukan karena aku senang kehilangan pekerjaan, tapi karena aku tahu: Tuhan mendengar. Tuhan mengerti.
Aku bahkan mentraktir teman-teman sekantor siang itu—sebagai bentuk syukurku atas kelegaan yang baru saja Tuhan berikan.
Tak sampai dua bulan kemudian, aku mendapatkan pekerjaan baru yang lebih sesuai dengan kapasitas mentalku. Bukan hanya itu, aku juga mendapat kesempatan melanjutkan S2 di salah satu universitas terbaik di Indonesia—bonus yang datang sebagai jawaban atas doa novena kepada Hati Kudus Yesus.
Melalui kesaksian ini, aku ingin menyapa siapa pun yang sedang berada di titik nyaris menyerah.
Kamu yang bekerja sambil menahan tangis.
Kamu yang bertahan demi keluarga, meski hatimu hancur setiap hari.
Kamu luar biasa.
Aku tidak menyarankanmu untuk berdoa agar dipecat atau langsung resign. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa Tuhan melihatmu. Tuhan tidak tuli. Tuhan tidak buta.
Kelelahanmu tidak akan sia-sia di hadapan-Nya.
Dalam Alkitab, Yusuf pun pernah berada dalam tekanan pekerjaan yang berat. Ia memilih melarikan diri saat godaan datang dari istri tuannya. Ia difitnah dan dipenjara. Tapi Tuhan tetap menyertainya—hingga akhirnya ia menjadi wakil Firaun di tanah Mesir (Kej. 41:40–42).
Aku pun dulu menganggap cerita-cerita seperti itu terlalu jauh dari kenyataan. Tapi sekarang aku tahu, Tuhan memang hadir. Bahkan dalam cara yang tak terduga.
Kiranya damai Kristus menyertai kita semua.
Dan semoga siapa pun yang membaca ini bisa menemukan kembali nafasnya, satu helaan demi satu helaan.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar