Salam dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Teman-teman yang terkasih,
Semoga tulisan ini menemukan kalian dalam damai dan pengharapan.
Pernahkah kalian mendoakan seseorang dalam kemarahan yang membuncah?
Pernahkah dari mulut yang biasa mengucap berkat, tiba-tiba keluar kutuk?
Ngaku aja, teman-teman sesama pendosa—aku pun pernah. Aku pernah begitu tersakiti, sampai akhirnya lidahku, yang tadinya memohon keselamatan bagi seseorang, malah mengutuki dia. Aku menyesal.
Tapi sebenarnya... bolehkah kita mendoakan kehancuran orang?
๐ฟ Lidah: Sumber Berkat dan Kutuk
Secara teologis, tentu tidak. Yakobus 3:10 berkata:
“Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidaklah patut demikian terjadi.”
Demikian juga dalam Roma 12:14, Paulus menasihati:
"Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!"
Aku juga paham ketidakmungkinan memberkati jika kita terluka karena teraniaya. Oleh sebab itu, Rasul Paulus memberikan pengingat bahwa berilah ruang bagi Allah untuk membalas.
“Saudara-saudaraku yang terkasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: ‘Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan,’ firman Tuhan.”
(mengutip Ulangan 32:35)
Ayat ini sering disalahpahami: seolah-olah, selama kita tidak membalas, kita bisa diam-diam berharap Tuhan akan membalasnya untuk kita. Tapi bukan begitu maksudnya.
![]() |
Sebastian Latorre on Unsplash |
⚖️ Bukan Balas Dendam yang Kudus
Tuhan bukan alat pembalasan pribadi. Apa yang kita anggap layak dihukum, belum tentu sama dengan keadilan dalam pandangan Tuhan.
Bahkan saat kita benar-benar dilukai, kita pun bisa jadi telah menyumbang pada luka itu—secara sadar atau tidak.
Sebagai orang yang pernah berdosa dengan doa penuh kutuk, aku kini bisa berbelas kasih kepada mereka yang melakukan hal yang sama. Kadang kita mengutuk bukan karena benci semata, tapi karena tidak berdaya, tidak sanggup menerima kehilangan, atau karena belum sadar betapa kita pun menyakiti.
๐ Luka yang Menyamar Jadi Doa
Dan jika kamu merasa benar-benar korban, itu sah-sah saja. Kamu yang paling tahu kisahmu—dan Tuhan juga tahu. Tapi dalam ilmu viktimologi yang kupelajari, sering kali korban pun memiliki andil dalam rangkaian kejadian, meski kecil.
Aku tahu mendoakan kutuk itu dosa. Tapi Tuhan tahu dari mana asalnya: dari luka.
Dan aku berdoa, semoga lukamu—dan lukaku—pelan-pelan pulih.
Agar doa yang keluar dari mulut kita suatu hari nanti adalah doa yang menabur kasih, bukan kutuk.
![]() |
Ben White on Unsplash |
๐ฑ Menabur Kembali
Karena seperti tertulis dalam Galatia 6:7:
“Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”
Mari bersama-sama belajar menabur kembali.
Menabur dengan luka yang sedang dipulihkan,
bukan dengan luka yang membusuk.
Damai Kristus menyertai kalian semua.
Amin.
In the name of the Father, the Son, and the Holy Spirit.
Dear friends,
May this writing find you in peace and hope.
Have you ever prayed for someone while burning with rage?
Have you ever found curses pouring out of the same mouth that once spoke blessings?
Let’s be honest, fellow sinners—I have.
I’ve been so deeply wounded that my tongue, which once pleaded for someone’s salvation, ended up cursing them. I regret it.
But… can we actually pray for someone’s destruction?
๐ฟ The Tongue: Source of Both Blessing and Curse
Theologically, the answer is no. James 3:10 says:
“Out of the same mouth come praise and cursing. My brothers and sisters, this should not be.”
Likewise, in Romans 12:14, Paul reminds us:
“Bless those who persecute you; bless and do not curse.”
I understand how hard it is to bless those who hurt us.
That’s why Paul also tells us to leave room for God’s justice:
“Beloved, never avenge yourselves, but leave room for the wrath of God, for it is written, ‘Vengeance is Mine, I will repay,’ says the Lord.”
(quoting Deuteronomy 32:35)
This verse is often misunderstood—as if we can simply refrain from revenge while secretly hoping that God will “get back” at them for us. But that’s not the point.
⚖️ Not Holy Vengeance
God is not our personal instrument of revenge.
What we believe deserves punishment may not align with God’s definition of justice.
Even when we’ve truly been wronged, we may have unknowingly contributed to the hurt—whether we realize it or not.
As someone who has once sinned through a prayer full of curses, I’ve come to have compassion for others who do the same.
Sometimes we curse not out of hatred alone, but out of helplessness, the inability to process loss, or simply because we haven’t yet realized how much we’ve also hurt others.
๐ When Wounds Disguise Themselves as Prayer
And if you truly are a victim, that is valid. You know your story best—and God knows it, too.
But in the field of victimology I’ve studied, it’s often acknowledged that victims, even unknowingly, can play a part in the chain of events.
I know that praying in anger is a sin. But God knows where that prayer came from: from pain.
And so I pray, that your wounds—and mine—may slowly heal.
So that one day, the prayers from our lips will sow love, not curses.
๐ฑ Sowing Again
As written in Galatians 6:7:
“Whatever a man sows, that he will also reap.”
Let us learn to sow again.
To sow not from wounds that fester,
but from wounds that are being healed.
May the peace of Christ be with you all.
Amen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar