Salam dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus
Dalam bukunya Seni Berdamai dengan Diri Sendiri, Claudia Sabrina menuliskan begini:
"Berbagai cara dilakukan demi mewujudkan harapan, target atau cita-cita tersebut. Berusaha, berpeluh, hingga merapalkan doa setiap malam tidak pernah alpa dilakukan. Tapi, keputusan tetap ada pada Sang Pemilik Semesta. Ada doa yang langsung dikabulkan oleh Tuhan. Ada doa yang kelak dikabulkan. Ada pula doa yang tidak dikabulkan tapi diganti dengan yang lebih baik. Lalu, bagaimana kalau ternyata doa tidak dikabulkan? Anda pasti kecewa. Rasanya semua usaha yang sudah dilakukan sia-sia. Ketika usaha dan doa Anda tidak dijawab, maka berdamailah dengan diri sendiri..."
Pasti kita semua pernah mengalami keadaan di mana doa kita tidak dijawab oleh Allah, bukan? Tapi mengapa kita diminta berdamai dengan diri sendiri dan bukan berdamai dengan Allah, Sang Pengabul Doa?
Karena, kita selalu berpandangan bahwa Allah itu Maha Baik, Allah itu Sempurna, dan yang salah pasti manusia.
Tapi bagaimana bila konteks kejadiannya seperti ini?
Kita masih kecil, tapi dilecehkan secara seksual oleh orang terdekat kita.
Atau kita sudah menaati hukum dengan sebaik-baiknya, tetapi anggota keluarga kita dibunuh oleh orang lain.
Padahal, kita sudah berdoa, "bebaskanlah kami dari segala yang jahat".
Hal yang menjadi perenungan kita adalah:
- Kita telah memahami bahwa manusia memiliki kehendak bebas, tapi dunia ini tidak luput dari izin Allah.
- Kita tahu Allah memiliki rancangan keselamatan kepada kita. Tapi, mengapa pada waktu itu, keselamatan itu tidak terjadi pada kita?
Apakah kamu marah kepada Allah sebab batasmu dilanggar—tetapi kamu takut berdosa karena marah itu?
Saya pernah marah pada Allah. Saya berteriak pada-Nya:
"Mengapa ini semua terjadi kepadaku?"
Saya mempertanyakan alasan KDRT orangtua saya dan pelecehan seksual waktu saya kecil.
Bagiku, ini merupakan ujian iman yang berat untuk dihadapi. Karena saya perlu menanggapi pertanyaan ini:
Apakah kamu percaya bahwa Allah Maha Baik dan Juruselamat, meskipun Allah mengizinkan tindak pidana itu terjadi dalam kehidupanmu di masa lalu?
Dan inilah jawaban saya:
Allah Tritunggal mengasihi saya. Kristus adalah Juruselamat saya.
Meskipun masa lalu saya buruk dan kelam, saya yakin dan percaya masa depan saya aman di dalam Kristus.
Bagaimana denganmu?
Kristus meratap bersamamu.
In the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit.
In her book "Seni Berdamai dengan Diri Sendiri," Claudia Sabrina writes:
“Translated by me: Various efforts are made to achieve hopes, targets, or dreams. Striving, sweating, even praying every night—none are ever skipped. But in the end, the decision belongs to the Creator of the Universe. Some prayers are answered immediately. Some will be answered in time. Some are not answered but are replaced with something better. So, what if the prayer is not answered at all? You’ll surely be disappointed. It feels as if all your efforts were in vain. When your efforts and prayers are left unanswered, make peace with yourself…”
Surely, we’ve all experienced moments when our prayers seem to go unanswered, haven’t we? But why are we encouraged to make peace with ourselves and not with God, the One who answers prayer?
Because we often assume that God is always Good, always Perfect, and that the one at fault must be the human.
But what if the context looks like this?
You were just a child, and someone close to you sexually abused you.
Or you followed the law with all your heart, and yet someone murdered your family member.
And all the while, you had prayed, "deliver us from evil."
This leads us to a deeper reflection:
We understand that humans have free will.
Yet this world does not escape God's sovereign permission.
We believe God has a plan of salvation for us.
But why, at that moment, did that salvation seem absent?
Are you angry at God because your boundaries were violated—
but you’re afraid that your anger might be sinful?
I have been angry at God before.
I cried out to Him:
“Why did all of this happen to me?”
I questioned the reasons behind my parents’ domestic violence
and the sexual abuse I endured as a child.
For me, it became a severe test of faith.
Because I had to face this question:
Do you still believe that God is Good and your Savior,
even though He allowed such crimes to happen in your past?
And here is my answer:
The Triune God loves me. Christ is my Savior.
Though my past was painful and dark, I believe and trust
that my future is safe in Christ.
How about you?
Christ weeps with you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar