Rabu, 01 Oktober 2025

Kesaksian: Bertahan 5 Menit Demi 5 Menit (Testimony: Surviving Five Minutes at a Time)

Salam dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Pernahkah kamu merasa hidupmu terlalu kotor untuk disentuh Tuhan? Aku pernah ada di titik itu. Sebelum mengenal-Nya lebih dekat, hidupku dipenuhi dengan seks bebas, pornografi, kebiasaan “main sendiri,” rokok, dan mabuk.

Dari semua itu, yang paling sulit kuubah adalah pornografi dan seks main sendiri. Rasa penyesalan selalu datang setelahnya, tapi lama-kelamaan penyesalan itu tumpul, digantikan dengan rasa lelah yang menggerogoti. Aku bahkan tak menyangka suatu hari bisa berkata “tidak” pada laki-laki yang mengajakku jatuh lagi.

Namun, anugerah Tuhan bekerja jauh melampaui pengertianku. Sejak 2018, aku berhasil lepas dari rokok dan mabok. Lalu antara tahun 2022–2024, tanpa aku sadari sepenuhnya, Tuhan membebaskanku dari seks bebas, pornografi, dan seks main sendiri. Aku ingat, seringkali hanya dengan mengepalkan tanganku kuat-kuat setiap kali ada godaan. Aku tidak tahu bagaimana tepatnya semua itu terjadi, tapi aku bisa bersaksi hari ini: Puji Tuhan, aku keluar dari sana.

Namun, perjalanan imanku tidak berhenti di situ. Tahun 2024, aku didiagnosa skizoafektif tipe depresi (dd/ depresi berat dengan ciri psikotik). Berbeda dengan kebiasaan buruk yang bisa aku lawan dengan keputusan sadar, depresi ini menembus sampai ke alam bawah sadar, ke dalam pikiranku yang paling gelap.

Kadang terlintas pikiran di kepalaku: “Setelah semua masa-masa indah bersama Tuhan, apakah aku akhirnya akan kalah karena depresi?”

Yang paling berat adalah saat aku tidak tahan mendengar tangisanku sendiri — terutama ketika tangisan itu datang bersama perasaan gelap dan berat di dada.

Tetapi bahkan di titik terendah itu, aku masih bisa merasakan tangan Tuhan memelihara. Ia tidak mengambil keluargaku — mereka sehat. Ia tidak membiarkan pekerjaanku hilang — aku masih bisa bekerja. Ia tidak membiarkan doaku kosong — Ia masih menjawabnya.

Lewat semua ini aku belajar: Tuhan itu Maha Pemelihara. Tugas utamaku hanyalah menyerahkan hidup ini sepenuhnya pada tangan belas kasih-Nya.

Bagi kamu yang mungkin sedang berada dalam gelapnya depresi, aku ingin berkata: aku tahu, kadang hidup tidak terasa seperti anugerah. Kadang sakit itu begitu menindih hingga kita hanya ingin berhenti. Tapi, bertahanlah. Lima menit demi lima menit.

Karena lima menit itu bisa menjadi jembatan menuju harapan.


✨ Kalau kamu sedang berjuang, jangan diam sendiri. Ceritakan pada seseorang yang bisa kamu percaya. Boleh juga tinggalkan komentar atau pesan kalau kamu butuh teman seperjalanan. Kamu tidak sendirian.





In the name of the Father, the Son, and the Holy Spirit.

Have you ever felt like your life was too dirty to be touched by God? I have. Before I truly knew Him, my life was filled with casual sex, pornography, masturbation, smoking, and drinking.

Of all these, pornography and masturbation were the hardest to let go of. I would feel guilty afterward, but over time the guilt became dull, replaced by a deep exhaustion. I never imagined I could one day say “no” to men who invited me to fall again.

Yet God’s grace worked far beyond my understanding. Since 2018, I have been free from smoking and drinking. And between 2022–2024, without fully realizing how, God set me free from casual sex, pornography, and masturbation. I remember clenching my fists tightly whenever temptation came. I still don’t fully understand how it happened, but today I can testify: Praise God, I came out of it.

But my journey didn’t stop there. In 2024, I was diagnosed with schizoaffective disorder, depressive type (dd/ major depression with psychotic features). Unlike bad habits that I could resist with conscious decisions, depression pierced into my subconscious, into the darkest parts of my mind.

Sometimes a thought crosses my mind: “After all those seasons of walking with God, will I end up defeated by depression?”

The hardest part is not being able to bear my own crying — especially when it comes with that heavy, dark feeling in my chest.

Yet even in my lowest moments, I can still feel God’s hand sustaining me. My family is still healthy. I still have my job. He still answers my prayers.

Through it all I’ve learned: God is the Great Provider. My main task is simply to entrust my life completely into His merciful hands.

To anyone who might be walking through the same darkness, I want to say this: I know sometimes life doesn’t feel like a gift. Sometimes the pain presses so hard that you just want to stop. But hold on. Five minutes at a time.

Because those five minutes can become a bridge to hope.


✨ If you’re struggling, don’t stay silent. Tell someone you trust. You can also leave a comment or a message if you need a companion on the journey. You are not alone.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kesaksian: Bertahan 5 Menit Demi 5 Menit (Testimony: Surviving Five Minutes at a Time)

Salam dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Pernahkah kamu merasa hidupmu terlalu kotor untuk disentuh Tuhan? Aku pernah ada di titik itu. ...