Lembaran Nagisa
Lembaran Nagisa adalah tempatku menuliskan serpihan hidup—cerita, sajak, luka, dan sukacita. Di tepian hari, aku menepi dan menata kembali suara hatiku. Karena setiap kata adalah langkah menuju pulih.
Selasa, 17 Juni 2025
Gengsi
Jumat, 13 Juni 2025
Sajak Hujan
Kuberteduh dibawah bilik bambu
Berdiri sambil memeluk tubuhku
Sekedar menghangatkan diri dari tiupan angin yang menusuk
Sekilas kuteringat akan lesung pipimu
Yang selalu menghiasi senyummu
Kala itu
Nona Nagisa,
Cikarang, 25 Oktober 2024
Rabu, 11 Juni 2025
Tuan
Tuan si empunya senyum yang indah
Hendak pergi menggapai mimpi-mimpinya
Tak bisa kutahan-tahan langkah kakinya
Meski terjal benar perjalanan hidupnya
Dapatkah aku menemaninya di belakang?
Kurenungkan di kala hujan turun sambil menyembunyikan ratapan dan kertak gigi
Benarkah aku dapat menemani?
Bilakah tuan tidak lekas sirna kala berjumpa keangkaraan?
Bilakah tuan tidak lekas patah terkulai kala berjumpa keingkaran?
Jakarta, 19 Oktober 2023
Revised 12 Juni 2025
Nona Nagisa
Selasa, 10 Juni 2025
"Ikutlah Aku": Untuk yang Merasa Fasik ("Follow Me": For Those Who Feel Wicked)
Salam dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.
Semoga melalui tulisan ini teman-teman menemukan kelegaan dan pelepasan.
Teman-teman, pagi ini, saya membaca renungan dari Instagram. Renungan tersebut membahas tentang ketidakadilan dan kefasikan yang bersumber dari Mazmur 129:4–5:
"TUHAN itu adil, Ia memotong tali-tali orang fasik. Semua orang yang membenci Sion akan mendapat malu dan akan mundur."
Dalam kasus ini, saya yang merasa sebagai orang yang fasik. Saya merasa sebagai orang yang berbuat tidak adil. Karena, tanpa menyadari kesalahan sendiri, saya mendoakan kehancuran orang yang saya cintai. Saya merasa putus asa. Saya merasa malu. Saya merasa ingin menyendiri. Saya merasa terekspos. Saya merasa inferior. Saya merasa kewalahan. Saya merasa cemas.
Dulu, saya sempat benci dan marah atas segala sesuatu yang terjadi. Saya lupa bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan konsekuensi dari tindakan saya yang tidak bisa berkomitmen untuk tidak ada laki-laki lain selain si Tuan.
Saya merasa fasik. Tapi, saya ingat, saya telah dipanggil oleh-Nya pada tahun 2023. Frasa "Ikutlah Aku" sangat menggetarkan saya.
Dengan mantap, meski saya masih ada sedikit rasa takut kehilangan, saya mengikut Kristus. Saya cemas akan apa yang akan terjadi di hadapan saya. Namun, saya menerima panggilan-Nya untuk insaf dan menguatkan saudara-saudara.
Adakah di antara teman-teman yang juga merasa fasik?
Teman-teman merasa fasik.
Teman-teman merasa bukan Umat Tuhan.
Tapi, di satu sisi, teman-teman telah dibaptis dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Teman-teman juga merupakan keturunan Abraham.
Teman-teman merenungkan,
"Apakah aku tidak dapat tempat di hati-Nya karena kefasikanku?
Meskipun aku juga keturunan Abraham?
Meskipun aku juga telah dibaptis?"
Ya, saya mengerti perasaan teman-teman.
Saya juga berada di titik kefasikan ini.
Tapi, ingat teman-teman, Kristus datang mencari yang hilang, tersesat, bukan orang benar. Kristus mencari orang yang fasik seperti kita. (Markus 2:17)
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka:
"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Kiranya, melalui tulisan ini, Kristus mengundangmu untuk mengikut-Nya.
"Ikutlah Aku!"
Apa tanggapanmu?
Damai Kristus menyertai.
Amin.
In the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit.
May this writing bring you relief and release, dear friends.
This morning, I read a devotional on Instagram. The message reflected on injustice and wickedness, drawn from Psalm 129:4–5:
"The LORD is righteous; he has cut the cords of the wicked. May all who hate Zion be put to shame and turned backward."
In this case, I felt like the wicked one. I felt like someone who had acted unjustly. Because, without realizing my own faults, I had prayed for the downfall of someone I loved. I felt hopeless. I felt ashamed. I wanted to withdraw. I felt exposed. I felt inferior. I felt overwhelmed. I felt anxious.
In the past, I was angry and bitter about everything that had happened. I forgot that all of it was the consequence of my own actions—of my inability to commit to having no other man besides si Tuan.
I felt wicked.
But I remembered that I was called by Him in 2023.
The phrase "Follow Me" deeply moved me.
With determination—though still shadowed by a little fear of losing—I followed Christ. I was anxious about what lay ahead of me. Still, I received His call to repent and to strengthen my brothers and sisters.
Is there anyone among you who also feels wicked?
You feel wicked.
You feel like you are not God's people.
But, on the other hand, you were baptized in the name of the Father, the Son, and the Holy Spirit.
You are also a descendant of Abraham.
And you wonder,
"Do I have no place in His heart because of my wickedness?
Even though I am also a child of Abraham?
Even though I have been baptized?"
Yes, I understand those feelings.
I have also stood at that point of wickedness.
But remember, friends, Christ came to seek the lost, the strayed—not the righteous.
Christ came for the wicked ones like us. (Mark 2:17)
On hearing this, Jesus said to them:
"It is not the healthy who need a doctor, but the sick. I have not come to call the righteous, but sinners."
May it be that through this writing, Christ is calling you to follow Him.
"Follow Me!"
What are your thoughts?
Peace of Christ be with you.
Amen.
Tabah
Siapakah yang lebih tabah daripada Pujangga Suci, tuan?
Dia tetap mencurahkan hujan di bulan oktober bagi tanah berbatu
Rintik demi rintik
Deras demi deras
Bukan untuk menumbuhkan bunga-bunga mekar dan memberi keindahan
Bukan untuk membangkitkan pohon-pohon dan memberi kesejukan bagi semesta
Untuk melapukkan batu itu
Bagaimana jika Pujangga Suci ini tidak tabah, tuan?
Mungkinkah ia dilemparkan ke dalam kegelapan yang paling dalam di Samudra itu karena lalai mengenang Pujangga Agung?
Nona Nagisa,
Jakarta, 20 Oktober 2023
Gengsi
--- Tak dapat tangan menggenggam Sebab gengsi Tak dapat merengkuh Sebab gengsi Tak dapat kasih diucap Sebab gengsi Tak dapat mengecup Sebab ...
-
Del melangkah gontai ke kamarnya. Ia memutar kaset Avenged Sevenfold. Selang beberapa saat, terputarlah lagu Until the End, lagu kesuk...
-
Seorang ayah meringis pilu Mendengar istri menenangkan rengek anaknya meminta nasi Terdengar hidupnya hanya benalu Ditanggung mentua yang ri...