Duhai Pujangga Agung,
Anganku, relung hatiku semakin disempurnakan dalam kasihMu
Harapku, langkah kakiku semakin menapaki jejak langkahMu
Tapi, runtuh kekuatanku dalam mengikutiMu
Daku kian lelah menghaturkan kurban syukurku dalam sajak-sajakku padaMu
Pula kutulikan kian sabdaMu dalam relungku
Ya, Pujangga Agung, Engkau pun ingat betapa kejamnya lakuku
Wahai Pujangga Agung,
Tuntun daku kembali mendengar sabdaMu
Janganlah undur penyertaanMu kala daku terjatuh
Topanglah kepedihanku yang penuh kabung
Sebab, daku hendak kembali datang kepada kakiMu yang terpaku
Hendak kunaikkan kembali kurban syukurku
Dalam sajak-sajak penuh pilu diiringi irama kerapuhan
Oi Pujanggaku Yang Agung,
Pada malam-malam temaram kuserukan namaMu dalam kehampaan
Usaplah isak tangisku seperti sedia kala
Kala Engkau menuntunku untuk tetap setia di dalam kesabaran
Di perjalanan yang kian hari kian gelap untuk kutapaki
O Great Poet,
My thoughts, the chambers of my heart, are ever refined in Your love.
My hope, that my steps may ever follow the trace of Yours.
Yet my strength collapses in pursuing You.
I grow weary of offering my sacrifice of gratitude through my verses to You.
And I have deafened myself to Your word within my soul.
Yes, O Great Poet, You remember well the cruelty of my deeds.
O Great Poet,
Guide me once more to hear Your word.
Do not withdraw Your presence when I fall.
Uphold my sorrow that overflows with grief.
For I long to return again to Your nailed feet,
To raise again my sacrifice of gratitude,
In verses steeped in anguish, accompanied by the rhythm of frailty.
O my Great Poet,
In the dimness of night I cry out Your name in desolation.
Wipe away my tears as You once did,
When You led me to remain faithful in patience,
Along the path that grows darker with each passing day.
Nona Nagisa,
Jakarta, 10 Februari 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar